Ziddu Free File Hosting

AW Surveys

Visi

Semoga blog ini dapat berbagi ilmu kepada sesama Praktisi HR dalam Rangka Memajukan SDM Indonesia.

Rabu, 28 April 2010

Keefektifan Outsourcing

Dengan melihat alasan menggunakan outsourcing, faktor-faktor pemilihan perusahaan penyedia jasa outsourcing, serta kepuasan perusahaan terhadap tenaga outsource, sebanyak 68.2% menyatakan bahwa penggunaan tenaga outsource dinilai efektif dan akan terus menggunakan outsourcing dalam kegiatan operasionalnya. Untuk dapat lebih efektif disarankan adanya: a. Komunikasi dua arah antara perusahaan dengan provider jasa outsource (Service Level Agreement) akan kerjasama, perubahan atau permasalahan yang terjadi. b. Tenaga outsource telah di training terlebih dahulu agar memiliki kemampuan/ketrampilan. c. Memperhatikan hak dan kewajiban baik pengguna outsource maupun tenaga kerja yang ditulis secara detail dan mengingformasikan apa yang menjadi hak-haknya. Sedangkan yang menyebabkan outsourcing menjadi tidak efektif adalah karena kurangnya knowledge, skill dan attitude (K.S.A) dari tenaga outsource.

Readmore »»

Kepuasan Perusahaan Terhadap Tenaga Outsource

Dari 73% perusahaan yang menggunakan tenaga outsource, kepuasan perusahaan terhadap tenaga outsource dinilai dari pengertian tenaga outsource terhadap bidang pekerjaan yang dilakukan yaitu sebesar (87%), kinerja tenaga outsource (68%), semangat kerja (66%), disiplin kerja (61%). Sedangkan untuk loyalitas tenaga outsource (55%) diragukan oleh perusahaan, seperti terlihat pada gambar 8.

Readmore »»

Indikator Keberhasilan Penerapan Sistem Outsourcing

Tidak semua perusahaan berhasil menerapkan sistem outsourcing. Responden melihat indikator keberhasilan terbesar (25%) dalam penerapan outsourcing adalah pihak yang terlibat harus bertanggungjawab, mendukung, dan berkomitmen untuk melaksanakan outsourcing. Sedangkan 23.81% menyatakan bahwa keberhasilan dilihat dari detail aturan main outsourcing didefinisikan dalam kontrak kerja. Untuk kejelasan ruang lingkup proses outsourcing yang ingin dilakukan menjadi faktor keberhasilan yang dipilih oleh 17.86%. Update perjanjian antar pengguna dan penyedia tenaga outsource (13.10%), ada atau tidaknya prosedur formal dalam tender calon perusahaan outsourcing (10.71%) dan jangka waktu penyelenggaraan outsourcing (9.52%). Inti dari faktor-faktor tersebut diatas adalah harus adanya kerjasama dan komitmen yang jelas antara kedua belah pihak agar outsourcing dapat berjalan sebagaimana harapan yang keseluruhan perjanjian kerjasama tersebut dinyatakan secara jelas dan terperinci di dalam kontrak outsourcing.

Readmore »»

Masalah Umum Yang Terjadi Dalam Penggunaan Outsourcing

1. Penentuan partner outsourcing. Hal ini menjadi sangat krusial karena partner outsourcing harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan perusahaan serta menjaga hubungan baik dengan partner outsourcing. 2. Perusahaan outsourcing harus berbadan hukum. Hal ini bertujuan untuk melindungi hak-hak tenaga outsource, sehingga mereka memiliki kepastian hukum. 3. Pelanggaran ketentuan outsourcing. Demi mengurangi biaya produksi, perusahaan terkadang melanggar ketentuan- ketentuan yang berlaku. Akibat yang terjadi adalah demonstrasi buruh yang menuntut hak-haknya. Hal ini menjadi salah satu perhatian bagi investor asing untuk mendirikan usaha di Indonesia. 4. Perusahan outsourcing memotong gaji tenaga kerja tanpa ada batasan sehingga, yang mereka terima, berkurang lebih banyak.

Readmore »»

Langkah-langkah Penerapan Sistem Outsourcing

Ketentuan Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 UU Ketenagakerjaan dan putusan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2004, menjadi legitimasi tersendiri bagi keberadaan outsourcing di Indonesia. Artinya, secara legal formal, sistem kerja outsourcing memiliki dasar hukum yang kuat untuk diterapkan. Keadaan demikian yang membuat pengusaha menerapkan sistem ini. Dimuatnya ketentuan outsourcing pada Undang-Undang Tenaga Kerja dimaksudkan untuk mengundang para investor agar mau berinvestasi di Indonesia. Penggunaan outsourcing seringkali digunakan sebagai strategi kompetisi perusahaan untuk fokus pada core business-nya. Namun, pada prakteknya outsourcing didorong oleh keinginan perusahaan untuk menekan cost hingga serendah-rendahnya dan mendapatkan keuntungan berlipat ganda walaupun seringkali melanggar etika bisnis. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 44 perusahaan dari berbagai industri terdapat lebih dari 50% perusahaan di Indonesia menggunakan tenaga outsource, yaitu sebesar 73%. Sedangkan sebanyak 27%-nya tidak menggunakan tenaga outsource dalam operasional di perusahaannya. Dari 73% perusahaan yang menggunakan tenaga outsource diketahui 5 alasan menggunakan outsourcing, yaitu agar perusahaan dapat fokus terhadap core business (33.75%), untuk menghemat biaya operasional (28,75%), turn over karyawan menjadi rendah (15%), modernisasi dunia usaha dan lainnya, masing-masing sebesar 11.25%, seperti terlihat dalam gambar 4. Adapun yang menjadi alasan lainnya adalah : a. Efektifitas manpower b. Tidak perlu mengembangkan SDM untuk pekerjaan yang bukan utama. c. Memberdayakan anak perusahaan. d. Dealing with unpredicted business condition.

Outsourcing, tidak terlepas dari perusahaan penyedia (provider) jasa tenaga outsource. Perusahaan harus memilih provider yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dimana perusahaan outsourcing tersebut harus teruji kualitas yang dijanjikan, serta adanya kesepatan untuk membuat hubungan jangka panjang. Oleh sebab itu, perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan provider jasa tenaga outsource, seperti yang dijabarkan dalam gambar 5.

Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa harga menjadi faktor utama dalam pemilihan partner outsourcing (22.62%). Sedangkan reputasi yang baik dari provider outsource menempati posisi kedua yaitu sebesar 21.43%. Untuk tenaga outsource yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan perusahaan (19.05%), pengetahuan provider outsource terhadap proses bisnis perusahaan (11.90%). Pengalaman sebelumnya menempati posisi kelima dalam pemilihan partner outsourcing (10.71%), diikuti oleh stabilitas provider outsource (8.33%) dan lainnya sebesar 5.95%. Adapun faktor-faktor lainnya adalah pemenuhan persyaratan ketentuan tenaga kerja dan penyerapan tenaga terdekat dengan unit kerja. Jenis pekerjaan yang dapat menggunakan outsourcing adalah pekerjaan-pekerjaan yang bukan merupakan tanggungjawab inti dari perusahaan. Adapun komposisi jenis pekerjaan yang paling banyak menggunakan tenaga outsource adalah cleaning service (56.82%), security (38.64%), lainnya (36.36%), driver (25%), sekretaris (22.73%), customer service (13.64%) dan SPG (9.09%), seperti terlihat di gambar 6. Untuk jenis pekerjaan lainnya terdiri dari:  Bagian pengepakan barang (packing).  Helper baik untuk maintenance maupun mechanic.  Facilitator training,  Resepsionis/operator telepon.  Data entry.  Call center.

Readmore »»

Penerapan Outsourcing Di Perusahaan

Survei dilakukan menggunakan kuesioner dengan convinience sampling kepada 44 perusahaan, Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa 73% perusahaan menggunakan tenaga outsource dalam kegiatan operasionalnya, sedangkan sisanya yaitu 27% tidak menggunakan tenaga outsource. Dari 73%, perusahaan yang sepenuhnya menggunakan tenaga outsource merupakan jenis industri perbankan, kertas, jasa pendidikan, pengolahan karet & plastik, serta industri makanan & minuman. Sedangkan industri alat berat, mesin dan sarana transportasi (otomotif dan suku cadang) menggunakan tenaga outsource sebanyak 57.14%. Untuk industri farmasi & kimia dasar (80%), industri telekomunikasi & informasi teknologi (60%) dan industri lainnya sebanyak 50% terdiri dari industri jasa pemeliharaan pembangkit listrik, konsultan, EPC (enginering, procurement, construction), pengolahan kayu, kesehatan, percetakan & penerbitan, dan elektronik. Jika dilihat dari status kepemilikan, diketahui bahwa BUMN, Joint Venture dan Nirlaba menggunakan 100% tenaga outsource dalam kegiatan operasionalnya. Sedangkan untuk swasta nasional menggunakan tenaga outsource sebanyak 57.69% dan swasta asing menggunakan sebanyak 85.71%. Hal ini terlihat pada gambar 1, gambar 2 dan gambar 3. Dalam survei ini ingin diketahui sampai sejauh mana penerapan Outsourcing di perusahaan, jenis pekerjaan seperti apa yang banyak menggunakan tenaga outsource, apakah penggunaan tenaga outsource dinilai efektif oleh perusahaan?

Readmore »»

Undang-undang Mengenai Outsourcing

Untuk mengantisipasi kontra yang terjadi dalam penggunaan outsourcing, maka dibuat Undang-undang No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Bab IX tentang Hubungan Kerja, yang didalamnya terdapat pasal-pasal yang terkait langsung dengan outsourcing. Berikut dijabarkan isi dari undang-undang tersebut. • Pasal 50 – 55, Perjanjian KerjaPasal 56 – 59, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Pasal 59 (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu : 1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; 2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; 3. Pekerjaan yang bersifat musiman; 4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. (3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui. (4) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangaka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. • Pasal 60 – 63, Perjanjian Kerja Waktu Tidak Terbatas (PKWTT) • Pasal 64 – 66, Outsourcing Pasal 64 Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerja kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. Pasal 65 (1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. (2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebaga berikut: a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung (3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berbentuk badan hukum. (4) Perlindungan kerja dan yarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. (6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulisa antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakan. (7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59. (8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan. Pasal 66, Penyediaan jasa pekerja./buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut : Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerj/buruh; Pasal 1 ayat 15, “Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.” Pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atas kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.

Readmore »»

DEFINISI Outsourcing

Dalam era globalisasi dan tuntutan persaingan dunia usaha yang ketat saat ini, maka perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi kontribusi maksimal sesuai sasaran perusahaan. Untuk itu perusahaan berupaya fokus menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business), sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak lain. Proses kegiatan ini dikenal dengan istilah “outsourcing.” Atau dengan kata lain outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan tanggung jawab tenaga kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan induk. Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam regulasi ketenagakerjaan bisa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung (non--core business unit) atau secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan sebagai unit outsourcing. Outsourcing menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan khususnya bagi tenaga kerja. Oleh sebab itu terdapat pro dan kontra terhadap penggunaan outsourcing, berikut beberapa penjabarannya dalam tabel 1.

Readmore »»

Senin, 26 April 2010

BERANI BICARA SIAPA TAKUT

Seorang siswa kelas tiga SMU melontarkan dua pertanyaan bagaimana cara merubah diri dari pendiam menjadi berani bicara kapan dan dimana saja? Diam itu emas! Kata pepatah. Bagi saya, diam yang berlebihan adalah mati suri. Diam berarti emas bila selama diam merupakan jeda refleksi diri untuk memutuskan yang terbaik; tetapi diam tidak berani bicara meski ada bahan bicara adalah termasuk proses pembodohan diri. Sebab, hanya dengan berkomukasi kita menjadi pintar. Keterampilan berkomunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam karier seseorang. Survey kami (SAC, Student Advisory Centre) UNSOED terhadap pengguna (user) alumni menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi sangat dibutuhkan bagi pengguna. Sebab, hampir semua jenis pekerjaan/profesi membutuhkan keterampilan berkomunikasi. Maka menjadi pendiam tidak akan banyak menolong karier/profesi seseorang. Dari segi pengembangan pikiran, menjadi pendiam adalah menjadi orang yang pasif, yang hanya menerima masukan dari luar dan menyimpannya untuk konsumsi sendiri. Ketika seseorang hanya pandai menyimpan masukan (informasi), misalnya, tanpa pernah ada upaya mengeluarkannya lagi, maka pikirannya itu tak lebihnya berfungsi sebagai lemari arsip. Fungsi otak kurang berkembang secara optimal bila (pasif) banyak diam. Pakar kecerdasan emosional (EQ), Daniel Golemen, mengatakan bahwa salah satu aspek penting dalam kesuksesan karier dan profesi seseorang adalah kecakapan sosial (bergaul) alias kemampuan berkomunikasi. Argumentasinya, meski seseorang cerdas akademiknya, cumlaude, bintang kelas, dan segudang prestasi akademik lainnya tetapi kurang pandai bergaul atau berkomunikasi ia akan mendapatkan hambatan dalam kariernya. Meski ia cerdas, tapi (maaf) berperilaku (dalam bahasa Banyumas): njelehi, mbebehi, madehi tur maregi (menyebalkan) dan sebentuk perilaku aneh lain, maka orang lain sulit menerimanya. Kurang pandai berkomunikasi, atau pendiam, akan banyak merugikan diri sendiri. Sebab, bila Anda pandai berkomunikasi berarti pandai memasarkan diri sendiri. Meski Anda sebenarnya memiliki potensi hebat, tetapi gagal mengkomunikasikannya, maka orang lain tidak tahu kalau Anda itu hebat. Dari mana orang lain tahu kalau Anda diam saja? Beberapa penyebab terjadinya pendiam. Diantaranya adalah faktor keluarga yang otoriter yakni anak tidak boleh membantah (argumentasi); sekolah yang tidak demokratis dimana guru kurang menciptakan situasi kondusif untuk bicara; kurang bersosialisasi, terlalu banyak tugas sekolah/rumah, budaya masyarakat setempat dan lain-lain. Hemat saya, seseorang menjadi pendiam lebih banyak disebabkan oleh rasa kurang percaya diri. Hampir setiap orang ingin bicara, karena bicara adalah kodrat manusia. Masalahnya, setiap kali ingin bicara ada hambatan-hambatan yang menyertainya. Utamanya dari dalam diri: takut salah, takut dicemooh teman, takut bicaranya tidak bermutu dan sebagainya. Setiap kali ingin bicara, selalu muncul perasaan-peraaan seperti itu. Akhirnya membiasa: memilih sikap diam. Di kelas, banyak diantra Anda ingin bertanya (berbicara) ketika diberi kesempatan bertanya oleh guru/dosen. Tapi berapa anak yang berani bertanya? Mereka pada umumnya dikuasai oleh rasa kurang percaya diri, kalau pertanyaannya adalah pertanyaan bodoh dan disoraki: huuuu……..! Saya anjurkan beranilah bertanya (berbicara) pada setiap ada kesempatan. Jangan pikirkan apakah pertanyaan atau bicaranya bermutu atau tidak! Keberanian berbicara jauh lebih penting dari pada isinya. Mereka yang menyoraki huuu… belum tentu berani bicara, maka bila Anda berani melakukannya berarti Anda selangkah lebih maju dari pada mereka. Berbicara bukanlah keterampilan seketika jadi, melainkan butuh proses panjang dan keberanian untuk memulainya. Mulailah dari aktifitas kecil dulu seperti diskusi kelompok, karang taruna, seminar kelas, presentasi di kelas dan lain-lain. Keberanian Anda bicara (bertanya) di sini menentukan langkah berikutnya pada sekala lebih besar. Tanpa keberanian kecil, Anda tidak akan punya keberanian besar. Bersikaplah luwes dalam berkomunikasi (bergaul). Bicaralah secukupnya dan dengarkanlah sebaik-baiknya lawan bicara Anda. Jangan paksakan kehendak Anda dan jangan pula jadi korban kehendak orang lain. Komunikasi dengan empati dan simpati menjadi hal yang sangat penting dalam komunikasi efektif. Agar Anda lebih percaya diri banyaklah membaca atau menimba informasi, dari mana saja. Bekal bicara (berkomunikasi) adalah informasi. Dengan banyak informasi berarti Anda siap memberi dan sekaligus menerima informasi. Keterbatasan wawasan seringkali menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Kuncinya, Anda tidak boleh rendah diri. Sebab ketika Anda merasa orang lain lebih hebat dari Anda, maka selamanya Anda merasa dirinya sebagai orang yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ketergantungan semacam ini menjadikan Anda lebih banyak mengambil sikap pasif (diam) dari pada sikap aktif (bicara). Potensi sehabat apa pun yang Anda miliki tak akan muncul bila Anda tidak rajin menggalinnya sendiri.

Readmore »»

Capailah cita-cita anda setinggi langit

halo sahabat,. Waktu kita masih kecil, sering ditanya apa cita-cita kita? ada yang jawab ingin jadi pilot, ingin jadi ahli nuklir, ingin jadi dokter, dll. Seiring dengan semakin dewasanya kita maka kita menghadapi realitas yang tidak seperti yang kita impikan. hidup penuh dengan kekecewaan, hidup penguh dengan kekecewaan. hidup ternyata pahit. Apa akhirnya yang kita lakukan? semakin lama kita mengecilkan cita-cita kita. Dulu kita punya cita-cita rumah di Pondok Indah, lama-kelamaan rumah dimanapun boleh. kita mengecilkan cita-cita kita. Mengapa kita sering gagal? Kita gagal karena kita tidak dapat mencapai apa yang kita inginkan. cita-cita naik gaji 2x lipat ternyata setiap tahun paling tinggi naik 20%. Ingin punya tabungan Rp 10 Milyar ternyata tabungan nol terus, akhirnya kalau punya Rp 2 Milyar saja sudah pensiun! (kecapekan mengejar uang). Bagaimana supaya kita tidak menjadi gagal? kalau kita lihat fokus utama kita adalah tujuan kita atau keinginan kita. itulah masalahnya. bila fokus kita hanya pada apa yang kerjakan, dan kita yakin arahnya benar, maka lama kelamaan kita juga akan mencapai arah yang kita tuju, namun dalam perjalanannya bila kita senantiasa dihantui oleh tujuan atau keinginan kita terus menerus sepanjang perjalanan, maka kita tidak akan sampai pada tujuan kita. Misalnya kita ingin mencapai posisi Direktur selama 10 tahun.. tahun pertama kita naik gaji 10%. tahun kedua kita harapkan naik jabatan, ternyata masih begitu-begitu saja. tahun ketiga kita dipindah bagian lain, akhirnya frustasi, dan putus asa. padahal, bila kita tidak memikirkan keinginan kita, biar naik gaji berapa persen, atau biar di bidang mana tidak penting yang penting 10 tahun lagi saya jadi direktur, maka kita santai saja, tetap fokus pada apa yang kita kerjakan, yaitu apa yang terbaik kita kerjakan. dengan demikian, bukan hal yang mustahil, dengan keyakinan kita, kita mampu bertahan dan berbuat sebaik mungkin, kita akhirnya juga mencapai arah kita. Oleh karena itu, mindset atau paradigma kita harus senantiasa menjadi orang sukses. tidak masalah kita terhambat sedikit, tapi kita harus yakin bahwa kita benar arahnya, dan yang kita lakukan yang terbaik, maka akan terbetik solusi, dan kesuksesan akan dating menghampiri kita. Kalau kita lihat, begitu banyak orang sukses, begitu banyak orang kaya, hanya kita belum tahu caranya saja. Kekayaan dapat dipelajari, sama dengan kesuksesan. Oleh karena itu, tetaplah pada cita-cita anda, tentukan cita-cita setinggi langit, dan anda akan bahagia dalam mengejarnya.

Readmore »»

Pembicara yang Disukai Audience

Terjemahan bebas dari materi oleh: Susan Berkley "The Voice Coach" Berhasil-tidaknya Anda berbicara, ditentukan oleh apa yang bisa dirasakan oleh audience yang mendengarkan Anda. Lebih tepat lagi: setiap orang dari mereka. Apakah mereka bisa merasakan bahwa Anda berbicara kepada mereka, satu per satu dan personal? Apakah mereka bisa merasakan bahwa Anda berbicara kepada mereka, seperti sedang berbicara secara pribadi? Apakah mereka, sulit membedakannya dari berbicara berdua saja dengan Anda? Berikut ini adalah ciri-ciri Anda, jika Anda adalah pembicara yang berhasil membangun rapport alias keintiman dengan audience Anda. Tak peduli, apakah Anda berbicara di podium, di depan sebuah seminar, di televisi, di corong radio atau bahkan di ujung telepon dalam sebuah konference jarak jauh. 1. ANDA MELIHAT MEREKA SEBAGAI INDIVIDU-INDIVIDU DAN BUKAN SEKELOMPOK ORANG Audience tidak mendengarkan Anda bicara secara berbarengan. Mereka melakukannya sendiri-sendiri. Jadi, perlakukan mereka sebagai individu-individu. Pelajarilah mereka. Seperti apa mereka sebagai orang per orang. Pemahaman Anda tentang profil mereka, akan membantu Anda membangun visualisasi. Semakin akurat, akan semakin baik untuk kepentingan bicara Anda. Tentunya, Anda tidak bisa benar-benar memahami mereka satu per satu. Akan tetapi, Anda pasti bisa memahami gambaran umum tentang karakter mereka. Cara yang paling mudah, adalah dengan memahami profesi dan pekerjaan mereka. Jika Anda makin kaya dalam pemahaman ini, maka Anda bisa makin memperluas "pasar" Anda. 2. ANDA MELIHAT MEREKA DUDUK DI KURSI, DI TERAS ATAU DI RUANG KELUARGA Teras atau ruang keluarga mewakili keintiman. Bayangkan mereka adalah orang-orang yang Anda undang makan malam, atau sebaliknya, Anda bertandang di teras rumahnya. Anda berbicara dengan gaya casual, familiar dan nyaman. Mereka santai, rileks dan khusuk mendengar. 3. ANDA MENYADARI APA YANG TERJADI PADA WAJAH, TANGAN, PAKAIAN DAN RUMAH MEREKA Jika upaya profilisasi dan karakterisasi Anda tentang mereka cukup akurat, Anda akan bisa berbicara banyak hal dengan lebih spesifik. Dengan begitu, Anda akan lebih "nyambung" dengan segala persoalan, kebutuhan dan masalah mereka. Latihlah diri Anda dalam memahami bahasa tubuh mereka. 4. SUARA DAN EKSPRESI WAJAH ANDA SAMA SEPERTI SAAT ANDA BICARA DENGAN TEMAN Suara dan wajah punya kaitan yang sangat erat. Keduanya saling mempengaruhi dan membangun komunikasi. Komunikasi yang hangat, intim dan kuat. 5. SAAT BICARA KEPALA ANDA TEGAK MENGHORMAT DAN TANGAN ANDA BERGERAK ALAMIAH Orang sering mengira bahwa berbicara adalah "mulut-sentris". Itulah perkiraan yang melenceng sejauh-jauhnya. Yang sebenarnya, Anda berbicara dengan seluruh tubuh Anda. Bahkan, dengan seluruh jiwa dan raga Anda. 6. ANDA TERSENYUM DAN BERWAJAH CERAH SEPERTI BENAR-BENAR DI RUANG KELUARGA Ini akan menciptakan keintiman dan afeksi. Senyum adalah alat paling powerful untuk membangun keintiman. Dan tentu saja, dengan itu Anda sudah bersedekah. Di telepon pun, Anda harus tersenyum sejak pertama kali Anda menekan tombol-tombol angka. Kini Anda mengerti, kenapa Anda bisa membaca semua tips ini, HANYA dari Blogspot pribadi saya. Ups, ketauan deh... :) BTW: Cukup berhasilkah Saya?

Readmore »»

5 Rahasia Presentasi

Anda diminta untuk menyampaikan sebuah presentasi penting. Anda tahu bahwa persoalan TERBANYAK ada pada bagaimana menyampaikannya. Tapi Anda juga tahu, bahwa persoalan TERBESAR ada pada bagaimana memulainya. 5 rahasia presentasi berikut ini akan merubah hidup Anda. RAHASIA 1 - MANAJEMEN PANIK DAN TAKUT Atur dan kontrollah kepanikan, kecemasan, dan ketakutan serta rasa gugup Anda, sehingga bukan mereka yang mengatur dan mengontrol Anda. Apa yang Anda alami saat semua hal destruktif itu terjadi, adalah persis sama dengan apa yang Anda alami saat Anda bersemangat. Anda hanya perlu merubah karakteristiknya. Itu semua adalah adrenalin. Dan tidak lebih atau kurang, itu adalah energi. Untuk energi itu, jika kita menyebutnya gugup maka ia menjadi buruk. Jika kita menyebutnya semangat, maka ia menjadi baik. Maka, langkah pertama, adalah mengganti semua label dan penamaan untuk setiap gejala yang selama ini menurut Anda buruk, dengan berbagai sebutan lain yang mencerminkan hal positif. Dan tentunya, hal positif selalu lebih 'aturable' alias bisa diatur. Dari situ, Anda bisa menciptakan antusiasme untuk sesi bicara Anda. RAHASIA 2 - MENJADI DIRI SENDIRI Menjadi diri sendiri adalah keharusan, jika Anda sudah sampai ke titik delivery alias penyampaian materi presentasi. Setiap orang punya gaya. Siapakah yang terbaik untuk menampilkan gaya Anda? Jadilah "gue banget" saat menyampaikan presentasi. Diri Anda diciptakan dengan berbagai aspek yang terlalu unik untuk bisa diperbandingkan dengan manusia yang lain. Inilah kebesaran Tuhan. Suara Anda, Tubuh Anda, Wajah, gaya bahasa, dan tingkat formalitas Anda, adalah "Anda banget". Jangan sia-siakan semua itu. Banyak pembicara, sangat berfokus -- tepatnya: terfokus -- pada kata-kata yang akan keluar dari mulut mereka. Padahal, sekali lagi, kata-kata yang berkontribusi 7% untuk kekuatan presentasi Anda. Menghamburkan energi untuk hal itu, adalah pemborosan. Pembicara yang kata-katanya belepotan, selalu lebih baik jika Ia menjadi diri sendiri, daripada pembicara yang bagus tutur dan katanya, tapi begitu mencolok dalam mencoba menjadi orang lain. Segala sesuatu yang non verbal, biasa disebut dengan presentation personality, menyumbang lebih dari 90% untuk keberhasilan Anda. Fokuslah pada aspek yang paling real dan paling berpengaruh untuk keberhasilan sesi bicara Anda. Fokuslah pada kontak mata, ekspresi, bahasa tubuh, pergerakan, pakaian, suara, dan diam. RAHASIA 3 - BERI MAKA ANDA AKAN MENERIMA Jika Anda ingin audiience bersemangat, Anda harus bersemangat. Jika Anda ingin audience berpikir, Anda harus berpikir. Jika Anda ingin audience tertawa, tertawalah Anda. Jika Anda ingin audience menangis, menangislah Anda. Jika Anda ingin produk Anda dibeli, Andalah pembeli pertamanya. Atau setidakna, Andalah orang yang pertama yang bisa membanggakannya! Dengan catatan, tentu saja produk Anda memang pantas dibanggakan. Ada faktanya. Menurut laporan riset (dari sebuah institusi yang bernama Lamalle) terhadap eksekutif puncak yang berpenghasilan lebih dari $250,000, keberhasilan mereka, 46% ditentukan oleh sikap positif dan antusiasme. Jika Anda merasa bisa, maka Anda akan bisa. Jika Anda merasa akan gagal, maka gagallah Anda. Satu hal yang Anda harus ingat, menjadikan positif berbagai energi, akan membuat Anda rileks. RAHASIA 4 - JANGAN PERNAH MEMINTA MAAF, MENGAKUI KEBURUKAN, ATAU MENCIPTAKAN PEMBENARAN Tentu saja, kecuali jika Anda punya alasan yang sah untuk melakukan hal itu. Dalam banyak kasus, Anda memang tidak perlu meminta maaf, mengakui keburukan atau menciptakan pembenaran dalam sesi bicara Anda. "Maaf, Saya agak pilek hari ini, jadi mungkin suara Saya mungkin akan jadi sedikit aneh." Untuk apa Anda mengatakan itu? Adakah sesuatu yang positif bagi sesi bicara Anda? Anda merasa perlu dikasihani? Untuk apa? Supaya mereka membeli? Biarkan mereka sendiri yang menciptakan permakluman untuk Anda. "Maaf, Saya kurang siap hari ini." Ini jelas berbahaya. Salah satu bahaya terbesarnya adalah, Anda sendirilah yang menciptakan distorsi dan distraksi audience Anda. Segera setelah Anda mengatakannya, audience Anda akan menceari berbagai bukti untuk membenarkan pernyataan Anda. Anda yang memancing toh? Setiap kali pernyataan negatif keluar dari mulut Anda, maka sebenarnya Anda mengatakan hal ini: "Jangan berharap banyak dari Saya." RAHASIA 5 - LIBATKAN MEREKA Manusia adalah pendengar yang BURUK. Rata-rata, setiap sembilan detik, setiap audience akan mendengarkan hal lain selain suara Anda. "Penyimpangan mental" mereka ini, memang terhitung kecil setiap kalinya. Tapi ingatlah kenyataannya; setiap sembilan detik! Ini artinya, suara Anda seperti riuh dan rendah. Naik dan turun, terdengar dan tidak terdengar. Audience cenderung melupakan 80% pesan Anda. Di sinilah bergunanya perangkat non verbal Anda. Suara, alat bantu visual, alat peraga dan sebagainya. Itu sebabnya, Anda harus terlatih menciptakan berbagai hal yang "memaksa" mereka mau mendengarkan Anda, di saat-saat tertentu. Di saat-saat mereka melanglang buana, yang bisa dipahami dari reaksi mereka. Contoh paling sederhana adalah apa yang dilakukan AA Gym" "Haloo? Gimana nih Bapak-bapak? " Cara yang lebih efektif, adalah melupakan persoalan telinga mereka, dan melibatkan mereka secara langsung. Flesh and blood. Perasaannya, pikiranya, aktivitasnya, tindakannya, nurani, panca indera, hati dan fisiknya. Dengan semua itu, "lupa" mereka bisa ditekan sampai 50%. SUPAYA MEREKA MENGINGAT PESAN ANDA 1. Bertanyalah pada audience Anda; 2. Libatkan mereka dalam survey atau polling; 3. Ajak mereka mendemonstrasikan berbagai hal; 4. Uji atau tes mereka; 5. Secara eksplisit, minta mereka mendengarkan dengan baik poin-poin tertentu; 6. Ciptakan gimmick.

Readmore »»

Kiat Lolos dari Tes Wawancara

Banyak orang merasa cemas ketika akan menjalani wawancara kerja. Memang, sebelum dan saat menjalaninya lazim ada tingkat kecemasan yang menganggu. Tentu saja, tingkatan itu berbeda pada setiap orang. Ada orang yang bisa mengendalikan kecemasannya, ada yang terjebak bahkan gugup tak bisa apa-apa. Anda bagaimana? Jika Anda merasakan kecemasan luar biasa sehingga tak bisa menunjukkan kemampuan terbaik saal wawancara, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan agar bisa tenang atau setidaknya tak terlampau tegang. Berkurangnya ketegangan bisa membantu mendapatkan percaya diri yang lebih tinggi. Banyak Berlatih. Suasana asing saat menjalani wawancara atau interview kerja bisa Anda kurangi jika Anda berlatih wawancara sesering mungkin. Latihan demi latihan yang Anda jalani membuat Anda lebih siap dan semakin tahu apa yang harus dilakukan dan dikatakan dalam sebuah interviu. Dengan cara ini, Anda juga jadi lebih tahu kekurangan diri yang lain kali bisa dihindari atau malah kelebihan yang bisa ditingkatkan. Melakukan Banyak Persiapan. Persiapkan diri Anda sebaik mungkin sebelum menjalani interviuw kerja. Persiapan yang dilakukan meliputi pengetahuan, kemampuan, serta penampilan Anda. Semakin baik Anda mempersiapkan diri semakin besar pula kemungkinan Anda bisa menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan pewawancara dengan keyakinan penuh. Bagian awal dari wawancara merupakan saat yang penting. Jika Anda pada bagian tersebut sudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan keyakinan tinggi, rasa percaya diri Anda juga akan semakin meningkat. Sebaliknya. jika di bagian awal wawancara kerja Anda sudah merasa serba salah dan cemas, semakin lama semakin sulit Anda menjawab pertanyaan pertanyaan selanjutnya dengan baik. Saat melakukan persiapkan, yakinkan diri tentang tiga hal: 1. Anda bisa melakukan pekerjaan tersebut; 2. Anda bisa menyesuaikan diri dengan tugas-tugas yang akan diberikan, dan; 3. Anda bisa melakukan semuanya dengan baik. Jangan berpikir pekerjaan itu merupakan yang terbaik. Ketika Anda berpikir bahwa pekerjaan yang sedang berusaha Anda dapatkan ini merupakan yang terbaik dan kesempatan hanya datang sekali, tingkat kecemasan yang dirasakan justru akan meningkat. Tak perlu memberikan penilaian yang berlebihan sebelum Anda benar-benar tahu dan memulai pekerjaan tersebut. Anda belum tentu akan menyukai pekerjaan yang bahkan belum Anda lakukan. Selain itu, kesempatan yang lebih baik bisa saja datang kepada Anda di lain waktu. Jadi, lebih baik bersikap tenang dan santai. Tak perlu menjawab dengan jawaban sempurna. Memikirkan suatu jawaban yang sempuma saja tentu sudah membuat seseorang "pusing", belum lagi jika Anda berusaha mendapatkan jawaban tersebut secara spontan saat pertanyaannya dilontarkan. Hal ini justru akan meningkatkan kecemasan Anda. Padahal, apa yang menurut Anda sempurna belum tentu dianggap seperti itu oleh si pewawancara. Cukup siapkan jawaban yang berisi poin-poin penting yang ingin Anda sampaikan. Jangan rendah diri. Kecemasan justru bisa semakin meningkat saat pikiran-pikiran rendah diri memenuhi benak Anda. Hindari pikiran-pikiran negatif seperti "saya tak cukup pintar" atau "saya kalah hebat dibandingkan kandidat yang lain". Akan lebih baik apabila Anda memusatkan perhatian pada kelebihan-kelebihan yang Anda miliki. Jangan memenuhi pikiran Anda dengan persainganpersaingan yang tak mungkin bisa diubah. Nah, kini Anda telah siap, kan?

Readmore »»

Jual Pesona Saat Wawancara

Melamar pekerjaan sama halnya dengan maju ke medan perang. Pelamar harus memiliki strategi jitu agar menjadi pemenang untuk mendapatkan pekerjaan yang diidamkan. Makanya anda yang saat ini sedang sibuk mencari peluang dan kesempatan kerja harus mengatur strategi agar jadi pemenang. Strategi pertama yang harus anda lakukan sebelum melamar kerja adalah fokuskan perhatian anda hanya pada pekerjaan yang anda inginkan. So, setiap membaca lowongan pekerjaan, jangan langsung melamar. Tanyakanlah pada diri sendiri apakah pekerjaan itu yang anda inginkan? Apakah anda cukup menguasai pekerjaan yang ditawarkan? Mampukah anda melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai standar perusahaan yang akan dilamar? Dalam menjawab pertanyaan tersebut jujurlah menilai diri sendiri. Bila jawaban anda positif, silahkan melamar pekerjaan tersebut. Tapi bila tidak, jangan melamar pekerjaan itu agar anda terhindar dari lamaran yang sia-sia. Atau paling tidak kelak jika anda lolos seleksi anda nggak akan banyak menemukan kesulitan. Setiap kali membaca lowongan kerja, entah itu di surat kabar atau internet, hati-hati! Jangan mudah terjebak oleh lowongan kerja yang bombastis dan muluk. Carilah informasi sebanyakbanyaknya tentang pekerjaan tersebut. Sumber yang paling pas adalah manajer yang menangani divisi pekerjaan yang ditawarkan. Atau teman anda yang bekerja di bidang tersebut. Jika anda sudah merasa cukup informasi tentang peluang kerja yang ada, kirimkan lamaran anda. Nah, kalau anda dipanggil untuk wawancara, inilah saatnya anda maju ke medan perang. Persiapkan diri sebaik mungkin. Pelajari informasi tentang perusahaan yang memanggil anda. Kalau bisa kumpulkan data tentang hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan dan pekerjaan yang ditawarkan. Hal ini akan sangat membantu anda saat wawancara berlangsung. Satu hal yang sangat penting saat wawancara adalah 'jangan ragu untuk menjual pesona anda!'. Anggaplah ruang wawancara sebagai arena untuk mempertontonkan kehebatan dan kemampuan anda. Eksploitasikan kemampuan berbicara dan kecerdasan anda. Tetapi tetap kendalikan emosi, jangan terjebak pada kesan 'sok pamer'. Tunjukkan sikap yang profesional dan berwibawa. Buatlah agar pewawancara 'terpesona abis' pada anda saat anda melenggang keluar ruangan. Ingat, simpati merupakan hal penting yang mempengaruhi keputusan selanjutnya. Setelah wawancara nantikan kabar selanjutnya dengan tenang. Bersiaplah untuk dua kemungkinan, diterima atau tidak diterima. Jika anda diterima tunjukkan kegembiraan anda dengan wajar, jangan terlalu meluap-luap. Jangan lupa ucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan pada anda. Selanjutnya, jika anda mulai menandatangani perjanjian kerja, simaklah surat perjanjian itu dengan cermat. Jangan langsung menandatangai surat perjanjian tersebut, pelajari lebih dulu dengan seksama. Jangan ragu menanyakan hal-hal yang belum anda mengerti yang tercantum pada surat tersebut. Jika anda sudah yakin bahwa perjanjian tersebut memuaskan anda, tanda tangani surat itu. Tapi jika anda tidak diterima, nggak perlu kecewa secara berlebihan. Yakin deh kalau nggak diterima di tempat itu anda masih punya kesempatan di tempat lain. Selamat bertempur..!

Readmore »»

MENGATASI GROGI SAAT BICARA DI DEPAN PUBLIK

Seorang pecinta tulisan saya di sebuah rubrik koran lokal melontarkan pertanyaan bagaimana mengatasi grogi pada saat bicara di depan umum (publik)? Meski ia sudah mempersiapkannya sebaik mungkin tetap saja grogi. Masalah grogi adalah masalah yang dialami oleh siapa saja yang sedang belajar bicara di depan publik (selanjutnya saya sebut bicara). Keterampilan ini adalah keterampilan proses, sebuah keterampilan yang tidak datang seketika. Artinya, bila ingin mengusainya diperlukan banyak berlatih dan berlatih. Untuk mengupas masalah grogi dan cara mengatasinya saya akan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama saya menggunakan pendekatan neurologis yakni bagaimana pikiran kita mencerna “keberadaan publik” (audience); dan pendekatan kedua adalah pendekatan praktis yakni bagaimana kiat-kiat praktis menghadapi grogi. Setidaknya, dua pendekatan itu sudah saya praktikkan dalam hidup saya. Saya dulu yang pemalu luar biasa (bayangkan dulu saya tidak berani bilang “Kiri” pada saat naik bus/angkutan umum. Takut/malu kalau banyak orang yang nengok ke arah saya). Kini saya sudah terbiasa bicara di depan publik, bahkan menjadi pembicara publik dan motivator yang dibayar. Baik, selanjutnya saya jelaskan pendekatan pertama, kenapa secara neurologis (syaraf otak) seseorang bisa menjadi grogi. Seseorang menjadi grogi atau bahkan sebaliknya menjadi senang bila di depan pulik itu sangat tergantung bagaimana syaraf otak merespon atau menanggapi sesuatu yang berada di luar, yaitu --dalam hal ini-- audience (publik). Perilaku (grogi, takut, senang dan lain-lain) merupakan hasil dari respon pikiran kita. Kalau kita merespon/menanggapi sesuatu di luar adalah sesuatu yang menakutkan, maka pikiran (syaraf) segera mengolahnya menjadi sebuah ketakutan. Sebaliknya, kalau kita meresponnya sesuatu yang menyenangkan, maka semua sel-sel dan jutaan syaraf segera mengolahnya menjadi hal yang menyenangkan. Lebih kongkritnya begini. Kalau Anda membayangkan jeruk nipis (sesuatu yang berada di luar Anda) terasa kecut, maka syaraf otak segera membayangkannya rasa kecut itu. Bahkan dengan hanya membayangkan saja air liur bisa keluar sebagai respon terhadapnya. Sebaliknya, kalau Anda membayang buah anggur yang segar, baru keluar dari kulkas, syaraf otak segera membayangkannya buah manis yang menyegarkan. Begitulah cara pikiran kita bekerja, atau meresponnya. Bila Anda menanggapinya dengan negatif makan pikiran bekerja dengan cara negatif, milyaran sel syaraf bekerja untuk memperkuat respon negatif Anda. Bila Anda meresponnya dengan cara positif, maka seluruh jaringan syaraf bekerja sekuat tenaga untuk memperkuat respon positif Anda. Audience (publik) bukanlah buah jeruk nispis yang kecut atau buah anggur yang manis menyegarkan. Audience adalah sesutau yang netral sifatnya. “Manis” dan “kecut”-nya, arau “menakutkan” (yang membuat Anda grogi) atau “menyenangkan” sangat tergantung bagaimana Anda meresponnya. Ketika Anda meresponnya sebagai seuatu yang “menakutkan” syaraf otak segera bekerja dengan cara yang negatif. Hasilnya mejadi negatif. Syaraf otak segera bekerja untuk menemukan sejumlah alasan negatif untuk meyakinkan bahwa audience itu “menakutkan”. Alasan-alasan yang ditemukan oleh pikiran negatif berupa: 1) audience terlalu banyak dan banyak orang yang sudah pintar bicara, maka saya kurang pede; 2) audience akan meneriaki “huuuuuuu……?” bila saya salah; 3) audience akan mempergunjingkan saya bila saya salah; 4) saya akan malu bila apa yang saya sampaikan tidak menarik; 5) saya akan malu bila saya salah dalam bicara nanti dan; 6) masih banyak alasan negatif yang mengantarkan Anda menjadi semakin tidak percaya diri atau grogi. Hasilnya, keringat dingin keluar, gemetar, bicara tidak lancar dan salah-salah terus selama bicara. Pada saat seperti itu, pikiran sibuk memikirkan audience yang “menakutkan” ketimbang memimikirkan materi yang sedang di sampaikan. Akan menjadi berbeda hasilnya bila Anda meresponnya secara positif. Pikran Anda akan segera mencarikan sejumlah alasan positif yang menguatkan Anda tampil lebih percaya diri. Anda akan tampil lebih percaya diri bila memandang audience sebagai: 1) sekelompok manusia yang sedang memberikan kesempatan baik pada Anda untuk bicara; 2) mereka tidak akan menghukum bila Anda keliru; 3) keliru dalam berlatih bicara adalah hal yang wajar yang dialami oleh setiap orang; 4) mereka juga belum tentu memiliki keberanian untuk bicara; 5) kalau pun ia diberi kesempatan bicara ia pasti melakukan kesalahan seperti Anda; 6) dalam sejarah belum ada audience yang “mencemooh” pembicara bila dalam menyampaikannya secara santun dan; 7) ini adalah kesempatan terbaik untuk berlatih bicara. Dengan kata lain, audiene bukan menjadi beban pikiran selama Anda bicara. Bila perlu Anda cuek-bebek (tapi sopan) selama bicara. Ketika Anda telah mengusai audience dengan cara respon positif seperti tersebut di atas, pikiran Anda tinggal fokus pada materi. Perlu dicatat bahwa mengapa seorang pembicara grogi karena pikirannya selama bicara sibuk memikirkan audiencenya yang dianggap “menakutkan”. Menakutkan atau tidaknya sangat tergantung bagaimana pikiran kita “menafsirkannya”. Bila menafsirkannya sebagai hal yang tidak menakutkan, maka pikiran akan lancar, fokus pada topik, bicara pun lancar tanpa beban grogi. Semua yang saya jelaskan di atas adalah mengunakan pendekatan neurologis. Selanjutnya saya menggunakan pendekatan praktis dalam mengatasi grogi. Sebelum saya memberikan tips bagaimana cara mengatsi grogi saat pidato perlu saya ingatkan kembali bahwa keterampilan bicara (pidato) adalah keterampilan proses. Tidak ada orang yang langsung menjadi ahli bicara. Semuanya diawali dari, malu, gemetar dengan keringat dingin, grogi dan sejuta rasa lainnya. Jangankan bagi yang belum pernah pengalaman, seorang yang sudah pengalaman pun kadang-kadang masih dihinggapi rasa kurang pede dan grogi. Jadi kalau menuggu sampai tidak ada rasa grogi, dibutuhkan waktu dan jam terbang yang lama. Butuh proses. Cara-cara berikut ini adalah cara praktis yang saya gunakan bagaimana mengatasi grogi. Pertama, tingkatkan rasa percaya diri (pede). Kalau kita pede, keberanian meningkat, tetapi kalau belum apa-apa sudah takut dulu, rasa pede mengecil. Akibatnya sudah grogi dulu sebelum bicara. Untuk bisa meningkatkan rasa pede, coba sebelum Anda bicara, Anda membayang seorang tokoh pintar bicara yang menjadi idola Anda. Setelah membayangkan secara jelas, anggap saja dia merasuk dalam jiwa Anda yang membantu Anda pada saat bicara. Anggap saja dia yang bicara, tapi bukan Anda. Kedua, berani bicara kapan dan dimana saja bila ada kesempatan tampil di depan umum. Jangan takut salah dan takut ditertawakan, bicara dan bicaralah. Kalau Anda tidak pernah mencobanya, maka tidak pernah punya pengalaman. Jangan berpikir, benar-salah, bagus-tidak, mutu-tidak, selama bicara. Pokoknya, Anda sedang uji nyali, berani atau tidak. Ketika Anda berani mencobanya, berarti nyali Anda hebat. Semakin sering Anda lakukan, semakin kuat nyalinya dan tidak takut lagi. Pokoknya Anda harus berani malu. Keitga, mulailah dari kelompok kecil. Berlatihlah bicara pada kelompok-kelompok kecil dulu seperti karang taruna, kelompok belajar, pertemuan RT/RW. Bicaralah sebisanya dan jangan buang kesempatan. Yang seperti ini sudah saya lakukan, saya mulai dari kelompok belajar, panitia seminar, dan acara-acara pengajian. Lama-ama saya biasa. Ingat Anda bisa karena biasa. Keempat, tulis dulu sebagai persiapan. Sebelum bicara, alangkah baiknya ditulis dulu topik dan urutan penyampaiannya. Sebab, tanpa ditulis dulu, biasanya lupa saat bicara dan menjadikan materinya tidak runtut. Ada dua cara dalam menulis, menulis lengkap kenudian tinggal membaca atau tulis pokok-pokonya saja. Bila Anda menulis lengkap akan sangat membantu Anda bicara, tetapi keburukannya membosankan. Apalagi intonasi bacanya jelek. Yang baik adalah pokok-pokok saja, kemudian Anda menguraiakannya saat bicara, tetapi keburukannya, Anda bisa lupa tentang datailnya. Kelima, akan lebih baik kalau memiliki kebiasaan menulis. Menulis apa saja, cerita, artikel, surat atau catatan harian. Catatan harian akan sangat membantu. Kenapa menulis? Karena dengan menulis adalah cara efektif untuk membuat sebuah “bangunan logika”, sebuah bangunan yang masuk akal. Bila Anda terbiasa menuliskan topik-topik yang masuk akal, maka akan membantu pada saat bicara. Tinggal memanggil ulang saja. Keenam, perbanyak membaca. Orang bicara atua menulis, tidak lepas dari kegiatan membaca. Dengan banyak membaca menjadi banyak pengetetahuan yang dapat dijadikan acuan pada saat bicara atau menulis. Kebuntuan dalam bicara terjadi karena tidak saja grogi tetepi juga karena terbatasnya acuan (informasi) yang dimilikinya. Ketujuh, janganlah menjadi pendiam saat ada diskusi atau debat. Bicaralah, jangan pikirkan Anda menang atau kalah dalam berdebat, tetapi jadikannlah media debat menjadi media pembelajaran dalam mengasah keterampilan bicara. Juga, biasakanlah berdsiskusi, jangan hanya menjadi pendengar yang baik (diam saja) tapi Anda harus menjadi pembicara yang baik. Kedelapan, rajin mengevaluasi diri sehabis bicara. Karena berbicara merupakan keterampilan proses, maka sebaiknya rajin mengevaluasi diri setiap saat sehabis bicara. Seringkali (pengalaman saya) saya merasa tidak puas dengan hasil akhir bicara. Selalu ada saja kekurangannya, banyak topik yang lupa tidak tersampaikan. Kekurangan ini harus menjadi catatan untuk tampil lebih baik pada kesempatan mendatang. Kesembilan, komitmen untuk terus berlatih. Tiada sukses tanpa latihan terus menerus. Tiada juara tanpa banyak latihan. Tiada bicara tanpa grogi bila hanya tampil (berlatih) satu atau dua kali saja. Bicaralah saat ada kesempatan bicara, karena keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh dengan “berbicara” bukan dengan cara “belajar tentang”. Satu ons praktik bicara lebih baik dari pada satu ton teori berbicara. Selamat mencoba.

Readmore »»