Ziddu Free File Hosting

AW Surveys

Visi

Semoga blog ini dapat berbagi ilmu kepada sesama Praktisi HR dalam Rangka Memajukan SDM Indonesia.

Senin, 26 April 2010

BERANI BICARA SIAPA TAKUT

Seorang siswa kelas tiga SMU melontarkan dua pertanyaan bagaimana cara merubah diri dari pendiam menjadi berani bicara kapan dan dimana saja? Diam itu emas! Kata pepatah. Bagi saya, diam yang berlebihan adalah mati suri. Diam berarti emas bila selama diam merupakan jeda refleksi diri untuk memutuskan yang terbaik; tetapi diam tidak berani bicara meski ada bahan bicara adalah termasuk proses pembodohan diri. Sebab, hanya dengan berkomukasi kita menjadi pintar. Keterampilan berkomunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam karier seseorang. Survey kami (SAC, Student Advisory Centre) UNSOED terhadap pengguna (user) alumni menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi sangat dibutuhkan bagi pengguna. Sebab, hampir semua jenis pekerjaan/profesi membutuhkan keterampilan berkomunikasi. Maka menjadi pendiam tidak akan banyak menolong karier/profesi seseorang. Dari segi pengembangan pikiran, menjadi pendiam adalah menjadi orang yang pasif, yang hanya menerima masukan dari luar dan menyimpannya untuk konsumsi sendiri. Ketika seseorang hanya pandai menyimpan masukan (informasi), misalnya, tanpa pernah ada upaya mengeluarkannya lagi, maka pikirannya itu tak lebihnya berfungsi sebagai lemari arsip. Fungsi otak kurang berkembang secara optimal bila (pasif) banyak diam. Pakar kecerdasan emosional (EQ), Daniel Golemen, mengatakan bahwa salah satu aspek penting dalam kesuksesan karier dan profesi seseorang adalah kecakapan sosial (bergaul) alias kemampuan berkomunikasi. Argumentasinya, meski seseorang cerdas akademiknya, cumlaude, bintang kelas, dan segudang prestasi akademik lainnya tetapi kurang pandai bergaul atau berkomunikasi ia akan mendapatkan hambatan dalam kariernya. Meski ia cerdas, tapi (maaf) berperilaku (dalam bahasa Banyumas): njelehi, mbebehi, madehi tur maregi (menyebalkan) dan sebentuk perilaku aneh lain, maka orang lain sulit menerimanya. Kurang pandai berkomunikasi, atau pendiam, akan banyak merugikan diri sendiri. Sebab, bila Anda pandai berkomunikasi berarti pandai memasarkan diri sendiri. Meski Anda sebenarnya memiliki potensi hebat, tetapi gagal mengkomunikasikannya, maka orang lain tidak tahu kalau Anda itu hebat. Dari mana orang lain tahu kalau Anda diam saja? Beberapa penyebab terjadinya pendiam. Diantaranya adalah faktor keluarga yang otoriter yakni anak tidak boleh membantah (argumentasi); sekolah yang tidak demokratis dimana guru kurang menciptakan situasi kondusif untuk bicara; kurang bersosialisasi, terlalu banyak tugas sekolah/rumah, budaya masyarakat setempat dan lain-lain. Hemat saya, seseorang menjadi pendiam lebih banyak disebabkan oleh rasa kurang percaya diri. Hampir setiap orang ingin bicara, karena bicara adalah kodrat manusia. Masalahnya, setiap kali ingin bicara ada hambatan-hambatan yang menyertainya. Utamanya dari dalam diri: takut salah, takut dicemooh teman, takut bicaranya tidak bermutu dan sebagainya. Setiap kali ingin bicara, selalu muncul perasaan-peraaan seperti itu. Akhirnya membiasa: memilih sikap diam. Di kelas, banyak diantra Anda ingin bertanya (berbicara) ketika diberi kesempatan bertanya oleh guru/dosen. Tapi berapa anak yang berani bertanya? Mereka pada umumnya dikuasai oleh rasa kurang percaya diri, kalau pertanyaannya adalah pertanyaan bodoh dan disoraki: huuuu……..! Saya anjurkan beranilah bertanya (berbicara) pada setiap ada kesempatan. Jangan pikirkan apakah pertanyaan atau bicaranya bermutu atau tidak! Keberanian berbicara jauh lebih penting dari pada isinya. Mereka yang menyoraki huuu… belum tentu berani bicara, maka bila Anda berani melakukannya berarti Anda selangkah lebih maju dari pada mereka. Berbicara bukanlah keterampilan seketika jadi, melainkan butuh proses panjang dan keberanian untuk memulainya. Mulailah dari aktifitas kecil dulu seperti diskusi kelompok, karang taruna, seminar kelas, presentasi di kelas dan lain-lain. Keberanian Anda bicara (bertanya) di sini menentukan langkah berikutnya pada sekala lebih besar. Tanpa keberanian kecil, Anda tidak akan punya keberanian besar. Bersikaplah luwes dalam berkomunikasi (bergaul). Bicaralah secukupnya dan dengarkanlah sebaik-baiknya lawan bicara Anda. Jangan paksakan kehendak Anda dan jangan pula jadi korban kehendak orang lain. Komunikasi dengan empati dan simpati menjadi hal yang sangat penting dalam komunikasi efektif. Agar Anda lebih percaya diri banyaklah membaca atau menimba informasi, dari mana saja. Bekal bicara (berkomunikasi) adalah informasi. Dengan banyak informasi berarti Anda siap memberi dan sekaligus menerima informasi. Keterbatasan wawasan seringkali menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Kuncinya, Anda tidak boleh rendah diri. Sebab ketika Anda merasa orang lain lebih hebat dari Anda, maka selamanya Anda merasa dirinya sebagai orang yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ketergantungan semacam ini menjadikan Anda lebih banyak mengambil sikap pasif (diam) dari pada sikap aktif (bicara). Potensi sehabat apa pun yang Anda miliki tak akan muncul bila Anda tidak rajin menggalinnya sendiri.

Tidak ada komentar: